Sponsored By SMPIT Miftahul Ulum

Kamis, 06 Februari 2014

Pertempuran U-Boat

Ketika memasuki musim dingin tahun 1939-1940, banyak pelabuhan yang ada di wilayah Baltik membeku sehingga banyak U-Boat yang berpatroli di laut tidak dapat kembali ke pelabuhan untuk mengisi ulang bahan bakar dan pasokan suplai. Sedangkan sejumlah U-Boat yang baru selesai dibuat atau yang tengah bersandar di pelabuhan, sama sekali tidak dapat bergerak kemana-mana karena terperangkap di dalam es. Musim dingin yang membekukan sejumlah pangkalan U-Boat Jerman itulah yang menjadi satu pertimbangan Hitler dalam menyetujui usulan Laksamana Raeder untuk menginvasi wilayah Norwegia dan Denmark pada Maret 1940.

            Dengan dikuasainya sepanjang pesisir barat pantai Norwegia, AL Jerman bisa membangun pangkalan U-Boat yang lebih terbuka dan langsung menghadap ke Laut Atlantik Utara dan Laut Utara. Mengingat apabila armada U-Boat diberangkatkan dari Kiel, maka akan banyak menghabiskan waktu dan biaya karena zona patroli dan perburuan U-Boat berada di perairan Laut Inggris sebelah utara. Dengan dikuasainya Norwegia, maka akan dapat lebih mudah dan cepat untuk menjangkau perairan laut Inggris. Tapi selain Norwegia, ada wilayah lain yang lebih dekat dan menghadap langsung ke perairan Laut Inggris dan Samudera Atlantik, yaitu wilayah pesisir pantai barat Eropa, atau tepatnya wilayah Perancis.

            Pada 10 Mei 1940, Tentara Jerman melancarkan serangan yang telah lama dinanti-nanti, yaitu menginvasi Perancis. Di malam hari, pasukan panzer Jerman bergerak menyerang melalui wilayah Belanda dan Luxemburg, lalu terus menembus menuju ke Belgia. Pada 25 Mei 1940, tentara Inggris terdesak mundur hingga terkepung di wilayah Dunkrik. Tiga hari kemudian, Belgia menyatakan menyerah kepada Jerman. Kini, Blitzkrieg (serangan kilat) Jerman telah berhasil mencaplok wilayah Polandia, Denmark, Norwegia, Belanda, dan setelah Belgia, mereka bersiap memasuki wilayah Perancis dan menguasai Ibukota Paris. Tanggal 22 Juni 1940, pertempuran di Perancis pun berakhir. Tentara Nazi Jerman dengan mudah dapat menghancurkan tentara Perancis yang berjumlah lebih besar, dan langsung menguasai wilayah negara tersebut.




Inilah salah satu gambaran dari berbagai jenisU-Boat Jerman terlibat dalam 
kancah PD-II di Laut Atlantik








Tak lama setelah Perancis jatuh, kota-kota pelabuhan ini dengan derasnya dikunjungi oleh U-Boat Jerman. Mereka berkumpul untuk mengisi kembali bahan bakar dan perbekalan, juga me-reload torpedo dan memperbaiki kerusakan. Untuk itu dibuatlah pangkalan-pangkalan khusus U-Boat, seperti yang dibangun di Lorient yaitu berupa bunker-bunker beton di atas permukaan laut sebagai “garasi” bagi kapal-kapal U-Boat yang tengah berlabuh untuk melindungi mereka dari serangan udara.


Selanjutnya dengan tereliminasinya Angkatan Laut Perancis, membuat Inggris kehilangan sekutu terkuatnya di Eropa. Pada tahun 1940, AL Perancis adalah AL terbesar keempat di dunia setelah Inggris, Amerika, dan Jepang. Dengan telah hilangnya sekutu potensialnya, memaksa Inggris harus mengkover semua tugas Angkatan Laut Perancis sebelumnya, yaitu mengamankan wilayah perairan Mediterrania dari Armada Italia yang memihak kepada Jerman, terutama untuk mengamankan tanah jajahan dan jalur pelayaran utamanya di Selat Gibraltar dan Terusan Suez dari ancaman Armada AL Italia. Sekalipun AL Inggris adalah angkatan laut terbesar dan terkuat di dunia pada waktu itu, tapi karena begitu luasnya wilayah laut yang harus dikover tak urung membuat jumlah kapal perusak Inggris yang operasional untuk mengawal konvoi kapal dagangnya dan melawan U-Boat di lautan jadi menyusut drastis karena digunakan untuk mengamankan wilayah perairan strategisnya. Terbatasnya jumlah kapal pengawal membuat ancaman bahaya wabah serangan U-Boat terhadap konvoi kapal dagang Inggris di Atlantik kembali terus berlanjut.

Tak mau kalah, AL Italia (Regia Marina) juga berinisiatif membuat pangkalan armada kapal selamnya untuk wilayah Atlantik. Dari pangkalan kapal selam Betasom di Bordeaux, Perancis, sejak bulan November 1940, armada kapal selam Italia telah beroperasi dibawah komando kendali operasi Jerman, namun tetap dipimpin oleh Komandan dari Italia dan bertanggung jawab kepada armada Italia. Adanya kerjasama ini cukup membantu Doenitz dalam memperkuat armada kapal selam Jerman yang masih sangat kurang.

Bulan Juli 1940 dimulailah masa “pesta” bagi armada U-Boat Jerman. Setelah pihak Intelijen Jerman berhasil memecahkan kode pelayaran kapal-kapal Inggris, mereka dapat dengan mudah mempersiapkan dan mengatur rencana pengeroyokan di laut. Pihak BdU kini mengetahui secara pasti jadwal keberangkatan dan tibanya kapal-kapal dagang sekutu, juga beserta dengan jalur pelayaran yang mereka pergunakan. Tak jarang juga ditambah dengan informasi mengenai jadwal kapal perusak yang jadi pengawal konvoi. Akibatnya, armada U-Boat bisa dengan leluasa berpesta pora membantai konvoi kapal dagang Sekutu hingga ludes tak tersisa dengan menerapkan taktik Wolf Pack yang dikoordinasikan Doenitz dari markasnya di Lorient secara bersamaan, gelombang demi gelombang. Karena telah mengetahui jadwal itu, armada U-Boat Jerman kini tak perlu bersusah-susah lagi keluyuran mencari konvoi kapal dagang seperti yang sebelumnya dilakukan, tetapi cukup dengan menunggu di jalur lintasan mereka di sektor wilayah laut yang paling aman. Pada periode ini para awak U-Boat menyebutnya sebagai “masa-masa bahagia”.

Taktik Wolf Pack adalah serangan terkoordinasi yang dilakukan secara massal oleh beberapa U-Boat terhadap satu konvoi kapal. Pertama, apabila sebuah U-Boat menemukan konvoi kapal dagang Sekutu, U-Boat tersebut tidak boleh langsung menyerangnya, melainkan hanya boleh mengintainya sambil memberikan informasi perihal banyaknya konvoi, lokasi mereka, dan kecepatan kapal mereka, dengan melapor kepada Pusat Komando Armada U-Boat Jerman (BdU) yang akan diterima langsung oleh Karl Doenitz sebagai koordinator serangan. U-Boat pelapor ini kemudian disebut Shadower, dan ia harus terus menjaga jarak dengan kapal konvoi agar tetap tidak terdeteksi keberadaannya. Tugas ini bisa berlangsung selama berhari-hari sebelum kekuatan penyerang yang terdiri dari beberapa U-Boat terbentuk di lokasi yang telah dilaporkan.

Usaha ini kadangkala dibantu oleh pesawat pengintai jenis Focke Wulf Fw-200 Condor yang membantu komunikasi radio antara kapten U-Boat dengan pihak BdU sebagai stasiun relay (penghubung). Bahkan tak jarang yang menjadi shadower ini adalah pesawat Fw-200 sendiri yang misinya memang terbang berkeliaran mencari mangsa di atas Laut Atlantik. Ketika pesawat ini menemukan konvoi kapal dagang Inggris, pesawat ini pun akan berputar-putar di atas konvoi seperti seekor elang yang tengah mengintai mangsanya. Sambil berputar-putar, pilot pesawat Condor akan mengirimkan informasi perihal konvoi kapal BdU. Tak heran jika Perdana Menteri Inggris, Winston Churchill, menjuluki pesawat ini sebagai “Momok Laut Atlantik”.

Kawanan U-Boat biasanya akan berusaha mendekati konvoi sambil menyelam mengendap-endap, lalu muncul lagi ke permukaan air dan menyerang secara tiba-tiba pada malam hari dengan posisi membelakangi bulan agar siluet mereka tidak terlihat jelas oleh kapal konvoi. Dengan muncul ke permukaan air, maka perangkat deteksi bawah air (ASDIC – Allied Submarine Detection Investigation Committe) pada kapal perusak pengawal sama sekali tidak berguna lagi. Sampai teknologi radar yang telah cukup maju ditemukan dan digunakan secara massal pada kapal perusak, taktik U-Boat ini biasanya tidak pernah terdeteksi.

U-Boat lalu akan bergerak maju lebih cepat dari kapal pengawal konvoi yang biasanya dari jenis kapal tua sisa peninggalan PD-I yang berkecepatan rendah dan dirancang untuk menghadapi kecepatan kapal selam yang tengah bergerak dibawah air. Kapal pengawal memang tidak perlu cepat dalam mengawal konvoi karena kapal dagang yang dikawalnya adalah jenis kapal yang berkecepatan lambat, walaupun sudah dipacu dalam kecepatan maksimum, kapal-kapal pengawal tetap bisa mengimbanginya. Karena kecepatan yang lambat inilah, U-Boat mampu menyerang secara simultan dari jarak sejauh 700 hingga 1.500 meter. Torpedo pertama akan diluncurkan ke sasaran terdekat, sehingga hasilnya adalah kapal-kapal dalam konvoi akan meledak secara bersamaan. Sebelum pihak Inggris menemukan cara untuk mengatasi kelemahan pada konvoi kapal dagang mereka, metode Wolf Pack yang dipraktekkan oleh armada U-Boat Jerman sangatlah sukses dalam menghabisi konvoi-konvoi kapal dagang Sekutu.


Dari bulan Juli hingga Agustus 1940, lebih dari 220 kapal Sekutu telah tenggelam. Sukses pertama taktik Wolf Pack ini terjadi saat serangan pada malam hari tanggal 24 September 1940. Konvoi berkode HX72 yang terdiri dari 42 kapal dagang diserang secara bergelombang berulang kali oleh 4 kapal U-Boat. Sebanyak 11 kapal tenggelam dan 2 kapal lainnya rusak berat. Selama hampir 3 jam proses pembantaian tersebut, Kapitanleutnant (Kapten) Otto Kretschmer, Kapten U-99, berhasil menenggelamkan 3 kapal. Joachim Schepke Komandan U-100 juga berhasil menenggelamkan 7 kapal. Kapten Bleichrodt menenggelamkan satu kapal dan satu kapal lainnya dirusak oleh Kapten Jenisch, Kapten U-32.

Sumber : buku U-Boat the key of the atlantic battle

Pembuatan Awal Kapal Terhebat : Bismarck



Kapal perang Bismarck adalah kapal perang terbesar Jerman yang pernah dibuat pada masa Perang Dunia II. Nama kapal ini berasal dari namaKanselir Jerman pada abad ke-19, Otto von BismarckBismarck menjadi terkenal setelah berhasil menenggelamkan kapal perang utama Angkatan Laut Britania Raya (Inggris), HMS Hood dalam Pertempuran Selat Denmark pada tahun 1941.Bismarck dan saudara kembarnya Tirpitz merupakan kapal utama (capital ship) AL Jerman (Kriegsmarine) di Perang Dunia II. Selain Bismarck, beberapa kapal perang lain yang dibuat dan ikut terjun dalam Perang Dunia II adalah Yamato dan Musashi yang merupakan capital ship Jepang. Ada pula USS Missouri dan USS Mississippi yang merupakancapital ship Amerika Serikat, namun keduanya terlambat memasuki kancah perang.


Awal Pembuatan Kapal

Jerman yang kalah dalam Perang Dunia I harus menerima Perjanjian Versailles yang antara lain membatasi pembangunan angkatan bersenjatanya. Angkatan lautnya hanya menggunakan model Kapal Pre Dreadnought, yang terdiri dari hanya 6 dari 8 kapal jelajah tua yang ringan, 12 dari 32 kapal perusak (destroyer) dan kapal torpedo (torpedo boat), tanpa kapal indukkapal jelajah tempur (battle cruiser) dan kapal jelajah berat (heavy cruiser). Bila kapal-kapal yang disebutkan di atas berumur lebih dari 20 tahun, Jerman boleh mengganti namun tidak boleh melebihi 10.000 ton dengan persenjataan paling besar 11 inci (±279 mm). Kapal penjelajah tak lebih dari 6000 ton dengan persenjataan paling besar 6 inci (±152 mm). Untuk kapal perusak tak melebihi 800 ton dan kapal torpedo (torpedo boat) tak lebih dari 200 ton.
Adolf Hitler yang berhasil memenangkan kursi pemilu untuk menduduki jabatan Reichskanzler (Kanselir), kemudian menjadi Reichspresident menggantikan Paul Von Hindenburg dan akhirnya menjabat sebagai panglima tertinggi Angkatan Bersenjata Jerman sehingga semua kekuasaan menjadi satu di tangan Hitler. Dengan kekuasaan itu, Hitler secara sepihak tidak mengakui Perjanjian Versailles, Prancis.
Pada Juni 1939 Hitler berhasil mencapai perjanjian dengan Inggris di mana Jerman diizinkan memiliki angkatan laut yang sama besarnya dengan angkatan laut Inggris. Kesempatan ini digunakan oleh Hitler secara diam-diam untuk membangun angkatan laut yang sangat besar kekuatannya di mana Laksamana Erich Raeder ditunjuk merencanakan pembangunan Angkatan Laut Jerman yang memakan waktu 6 tahun yang dinamakan Z-Plan (rencana Z) sesuai dengan keinginan Jerman sendiri.
Proyek ini dimulai pada Januari 1939 dengan perhitungan perang melawan Inggris baru akan dapat berkobar pada 1945. Rencana Z itu antara lain membangun kapal perang berukuran 56.000 ton yakni Bismarck dan Tirpitz yang beratnya 42.000 ton, tiga kapal perang berukuran 31.000 ton (DeutschlandAdmiral Scheer dan Graf Spee) yang lazim disebut kapal perang kantong (pocket battleship,Panzerschiff), dua kapal pengangkut pesawat (salah satunya adalah Graf Zeppelin), lima kapal jelajah berat (HipperBlucherPrinz EugenSeydlitz dan Lutzow). Di samping itu ada pula 44 kapal jelajah ringan, 68 perusak, 90 kapal torpedo dan 249 kapal selam yang terkenal sebagai U-Boot. Hitler berjanji kepada Raeder bahwa Jerman dalam waktu singkat tidak akan berperang dengan Inggris.

Perkembangannya Diawasi

Berita ini kemudian oleh intel Inggris di Swedia disampaikan ke Laksamana Sir Johan Tovey dan pada tanggal 22 Mei segera saja pangkalan AL Inggris di Scapa Flow langsung mengirim armadanya terdiri dari kapal jelajah tempur HMS Hood dan HMS Prince of Wales (yang kemudian tenggelam di perairan Malaysia-Singapura pada awal Perang Pasifik (Perang Asia Timur Raya) dengan Jepang, serta 6 kapal perusak yang dipimpin oleh Laksamana Hollaand untuk menjaga Selat Denmark di barat-daya Islandia.
Sebelum Laksamana Tovey memberikan perintah kepada Laksamana Holland di Selat Denmark, penjelajah berat Norfolk sudah lebih dulu mendapat tugas di sana sendirian di bawah pimpinan Laksamana Walker. Baru pada tanggal 22 Mei sebuah penjelajah berat lainnya yang bernama Suffolk mendapat perintah untuk bergabung dengan Norfolk.
Ketidakpastian arah dan tujuan Bismarck dan Prinz Eugen membuat AL Inggris tetap menjaga daerah-daerah penting lainnya. Di perairan Islandia, ada dua buah penjelajah ringan Birminghamdan Manchester. Begitu pula di Scapa Flow, tetap disiagakan sejumlah kapal perang.
Malam harinya, Laksamana Tovey juga turut berlayar dengan kapal tempur King George V, kapal induk Victorious, sejumlah penjelajah, dan sejumlah perusak lainnya. Pada akhirnya armada Tovey tidak pernah bertempur secara langsung dengan Bismarck.
Cuaca yang amat buruk pada waktu itu memberikan perlindungan sekaligus petaka bagi Bismarck dan Prinz Eugen. Pesawat intai badan intelijen Jerman tidak pernah sampai ke Scapa Flow sehingga pemimpin Bismarck dan Prinz EugenLaksamana Lutjens tidak tahu-menahu apakah ada kapal yang menguntitnya. Sebaliknya pesawat intai Inggris juga gagal menemukan posisiBismarck. Jadi kedua pihak sama-sama mencari musuh mereka dalam keadaan buta sama sekali, tetapi tetap saja Inggris diuntungkan karena mereka memiliki jumlah kapal perang yang jauh lebih banyak di sekitar laut Atlantik.

Hitler Yang Tidak Sabar

Gagalnya rencana Z ini karena Hitler ingin cepat mewujudkan Jerman Raya dengan mencaplok wilayah wilayah yang berbahasa Jerman dan wilayah-wilayah yang dulunya dikenal sebagaiKekaisaran Jerman-Prusia (Reich II masa kekaisaran Wilhelm I,Friedrich III dan II) yang diwujudkan dalam bentuk Jerman Raya (Reich III atau Reich Ketiga). Dalam pengembangan angkatan bersenjatanya, Hitler yang berorientasi pada daratan merasa cukup kuat melihat perkembangan Angkatan Darat (Wehrmahct) dan Angkatan Udaranya (Luftwaffe), sedangkan perkembangan Angkatan Lautnya, baru sampai tahap awal saja; yang baru selesai adalah Tirpitz dan Bismarck dan kapal selamnya yang memang sudah dikenal sebagai "hantu" perairan Eropa Barat pada masa-masa sebelumnya.
Bismarck, battle cruiser terbesar Angkatan Laut Jerman ini dibangun di galangan kapal Hamburg pada 1939. Panjangnya 251 meter, Bismarck mempunyai kecepatan 30 knot (±56 km/jam) dengan berat 50.900 ton dipersenjatai dengan delapan buah meriam berukuran 15,5 inci (±394 mm), 12 buah meriam 5,9 inci (±150 mm), Anti udara 16-237 mm dan 12-20 mm, delapan buah tabung torpedo (torpedo tube) berukuran 21 inci (±533 mm) dan enam pesawat terbang. Sisi dan geladak Bismarck dilapisi baja setebal 32 cm. Invasi Nazi ke Polandia pada 1939 membuat Inggris mengultimatum Hitler agar mundur ke Jerman dengan ancaman Inggris akan menyatakan perang terhadap Jerman. Namun ultimatum itu (3 September 1939) dianggap sepi oleh Jerman. Angkatan Laut Jerman yang belum siap ini harus menemukan taktik untuk menghadapi armada Inggris yang lebih lengkap, siap, berperalatan baru dan bertradisi angkatan laut yang lebih tua.
Laksamana Raeder menyusun suatu operasi yang diberi sandi Rhein Ãœbung (Latihan Rhein, nama sungai di Jerman). Dalam Perang Dunia I Jerman berhasil menerapkan operasi tersebut dengan menghancurkan kapal-kapal konvoi angkatan laut Inggris di mana saja. Tercatat Scharnhorst dan Gneisenau dalam permulaan Perang Dunia II itu berhasil menenggelamkan kapal-kapal komersial Inggris dengan total seberat 115.622 ton.
Kali ini Laksamana Raeder tak dapat mengerahkan sejumlah kapal perang yang dibutuhkannya, antara lain Sharnhorst dan Gneisenau yang harus masuk dok. Maka diberangkatkanlah Bismark dan Prinz Eugen ke Atlantik Utara di bawah Laksamana Guenther Luetjens. Berangkat dari Gdynia di Laut Baltik melalui Laut Timur, selatan Kattegat dan Skagerrak dan dipantau oleh kapal jelajah Gotland milik Angkatan Laut Swedia yang saat itu netral.

Pertempuran Pertama Bismarck

Cuaca tetap buruk pada tanggal 23 Mei, saat Bismarck memasuki Selat Denmark. Lutjens tidak tahu kalau di selat ini Suffolk dan Norfolk sedang berpatroli. Begitu pula Laksamana Walker tidak tahu kalau Bismarck sudah sampai ke Selat Denmark. Di sini kesalahan badan intelijen Jerman menjadi fatal. Mereka menganggap Inggris tidak memiliki radar yang cukup baik untuk mencari musuh di cuaca buruk, sehingga Lutjens dengan tenang menyuruh Bismarck dan Prinz Eugen melewati daerah yang berkabut tebal. Perlindungan alam ini nyaris tak berguna karena Suffolkternyata sudah memiliki radar yang mumpuni mencari musuh, tapi Norfolk tidak mempunyai radar sehingga nyaris mustahil dia bisa menemukan Bismarck.
Malam harinya tertangkaplah Bismarck di radar Suffolk. Melihat ini, Laksamana Walker langsung memerintahkan kapalnya untuk mundur sembari mengabari Scapa Flow tentang posisiBismarck. Tapi entah kenapa, berita ini tak pernah sampai. Untung bagi Inggris, Norfolk yang tak mempunyai radar tetap mondar-mandir di selat Denmark sebelum radar Bismarckmemergokinya dan menembakinya. Tembakan ini mengawali pertempuran yang baru akan berakhir 3 hari lagi. Melalui serangan inilah Tovey mendapati posisi armada Lutjens. Norfolk sendiri memutuskan mundur dengan bantuan tabir asap dan tidak menerima kerusakan sedikitpun.
Kapal Suffolk dan Norfolk membayangi kedua kapal Jerman tersebut sembari menunggu kedatangan Laksamana Holland. Melalui radio, Laksamana Holland memberi tahu Laksamana Walker tentang rencananya. Rencananya kira-kira seperti ini: saat Hood dan Prince of Wales menembaki Bismarck, maka Suffolk dan Norfolk harus memusatkan serangannya ke Prinz Eugen. Tapi perintah ini tidak pernah sampai ke Admiral Walker.Walker mengira kekuatan Hood dan Prince of Wales sudah cukup untuk mengalahkan Bismarck. Dugaan yang ternyata keliru.
Pagi hari tanggal 24 Mei Hood dan Prince of Wales bertemu lawannya. Laksamana Holland kemudian memerintahkan menembak. Serangan Hood dan Prince of Wales diperintahkan untuk dipusatkan ke Bismarck, dengan kata lain Holland tetap melaksanakan rencana awalnya. Sedangkan Suffolk dan Norfolk dengan santai mengawasi pertempuran dari jauh.

Kesalahan fatal lain kembali dilakukan Hood. Bukannya menembaki Bismarck, yang ditembaki malah Prinz EugenBismarck dan Prinz Eugendengan kompak menembaki kapal yang sama: Hood. Segera saja Hood dihujani proyektil peluru 20,3 cm dan 38 cm. Lalu terjadilah peristiwa yang luar biasa; sebuah peluru Bismarck tepat mengenai gudang penyimpanan amunisi milik Hood yang lalu meledak dengan dashyat dan melontarkan api sampai 300 meter. Hood lalu patah menjadi dua dan tenggelam ke dasar laut. Melihat ini, segera saja Prince of Wales memutar haluannya dari tempat Hood tenggelam, kalau-kalau masih ada yang selamat. Tapi dari total 1419 awak kapal, hanya 3 awak yang berhasil diselamatkan. SetelahHood tenggelam, giliran Prince of Wales menerima peluru kombinasi Bismarck dan Prinz Eugen. Segera saja Prince of Wales menerima tembakan-tembakan akurat Bismarck yang berakibat bagian buritannya berlubang dan kemasukan ratusan ton air laut. Lalu dikeluarkan perintah untuk mmemutus pertempuran dan Prince of Wales mundur di bawah perlindungan tabir asap.
Prinz Eugen sendiri tidak mendapat kerusakan sama sekali. Tapi Bismarck mendapat dua tembakan tepat dari Prince of Wales yang menyebabkan kecepatannya berkurang dan meninggalkan berkas minyak di sepanjang jalur yang dilaluinya. Berkas inilah yang nantinya akan mempermudah pesawat torpedo AL Inggris untuk mencari Bismarck.

Dikejar dan Dihancurkan

Berita tenggelamnya HMS Hood membuat pihak Inggris sedih sekaligus marah. Pembalasan pun dilakukan secara radikal dan agresif. Laksamana Tovey langsung mengerahkan tak kurang dari 16 kapal perang hanya untuk mengejar Bismarck. Semua kapal itu umumnya sedang melakukan patroli atau menjaga konvoi dagang. Bahkan beberapa di antaranya sudah mulai kehabisan bahan bakar. Namun Laksamana Tovey tidak memperdulikan itu. Begitu pula dengan kapal-kapal yang diperintahkan, mereka tidak peduli keadaan mereka. Mereka hanya ingin mencari dan menghabisi Bismarck. Pengejaran Bismarck tetap menemui berbagai kendala walau jumlah kapal yang dikerahkan sangat banyak. Penjelajah HMS Suffolk dan HMS Norfolk yang menguntitBismarck melalui bekas minyak yang ditinggalkannya pun dihadang badai dan hujan sehingga Bismarck tiba-tiba hilang dan baru ditemukan berjam-jam kemudian (24 Mei 1941). Tanggal 25 MeiBismarck menghilang dari radar Suffolk, padahal pada saat itu para perwira mereka sudah terlalu letih. Mereka sudah berhari-hari tak tidur dan senantiasa terus berada di menara komando memantau BismarckBismarck baru ditemukan lagi tanggal 26 Mei saat sebuah pesawat intai PBY-5 Catalina memergokinya.
Segera saja pesawat-pesawat jenis Swordfish dari kapal induk HMS Arc Royal menyerang namun keliru karena yang diserangnya ternyata adalah kapal Inggris HMS Sheffield. Beruntung serangan tersebut meleset. Serangan kedua berhasil mengenai sasarannya dan Bismarck terkena tembakan torpedo pada peralatan kemudinya dan karena terendam air sehingga tidak dapat diperbaiki.
Bismarck yang kemudinya rusak kemudian dikejar oleh perusak Cossack dan 4 perusak lainnya di bawah pimpinan Kapten Vian. Terjadi kontak antara armada ini tapi karena badai, kontak tersebut putus. Kontak baru terjadi pada pukul 08.43 pada tanggal 27 Mei 1941. Saat itu HMS King George V memergoki lawan yang sudah berhari-hari dicarinya. Segera saja Bismarckmendapat salvo tembakan dari HMS King George VHMS RodneyHMS Norfolk, dan HMS Dorsetshire. Pertempuran pun terjadi dan Bismarck yang dikeroyok akhirnya tenggelam pada pukul 10.40 pagi, setelah ditorpedo HMS Dorsetshire.

Sumber : BBC : Bismarck Sunk