Kamis, 06 Februari 2014

Perkembangannya Diawasi

Berita ini kemudian oleh intel Inggris di Swedia disampaikan ke Laksamana Sir Johan Tovey dan pada tanggal 22 Mei segera saja pangkalan AL Inggris di Scapa Flow langsung mengirim armadanya terdiri dari kapal jelajah tempur HMS Hood dan HMS Prince of Wales (yang kemudian tenggelam di perairan Malaysia-Singapura pada awal Perang Pasifik (Perang Asia Timur Raya) dengan Jepang, serta 6 kapal perusak yang dipimpin oleh Laksamana Hollaand untuk menjaga Selat Denmark di barat-daya Islandia.
Sebelum Laksamana Tovey memberikan perintah kepada Laksamana Holland di Selat Denmark, penjelajah berat Norfolk sudah lebih dulu mendapat tugas di sana sendirian di bawah pimpinan Laksamana Walker. Baru pada tanggal 22 Mei sebuah penjelajah berat lainnya yang bernama Suffolk mendapat perintah untuk bergabung dengan Norfolk.
Ketidakpastian arah dan tujuan Bismarck dan Prinz Eugen membuat AL Inggris tetap menjaga daerah-daerah penting lainnya. Di perairan Islandia, ada dua buah penjelajah ringan Birminghamdan Manchester. Begitu pula di Scapa Flow, tetap disiagakan sejumlah kapal perang.
Malam harinya, Laksamana Tovey juga turut berlayar dengan kapal tempur King George V, kapal induk Victorious, sejumlah penjelajah, dan sejumlah perusak lainnya. Pada akhirnya armada Tovey tidak pernah bertempur secara langsung dengan Bismarck.
Cuaca yang amat buruk pada waktu itu memberikan perlindungan sekaligus petaka bagi Bismarck dan Prinz Eugen. Pesawat intai badan intelijen Jerman tidak pernah sampai ke Scapa Flow sehingga pemimpin Bismarck dan Prinz EugenLaksamana Lutjens tidak tahu-menahu apakah ada kapal yang menguntitnya. Sebaliknya pesawat intai Inggris juga gagal menemukan posisiBismarck. Jadi kedua pihak sama-sama mencari musuh mereka dalam keadaan buta sama sekali, tetapi tetap saja Inggris diuntungkan karena mereka memiliki jumlah kapal perang yang jauh lebih banyak di sekitar laut Atlantik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar